*Miftahulia mewawancarai siswa baru SMK Ketintang. Hasil wawancara akan ditayangkan di Sketsa TV.*
JAWA POS: Wadah untuk kreativitas siswa terus berkembang. Di SMK Ketintang, ekskul jurnalistik tak hanya memproduksi majalah, tetapi juga meluncurkan TV sekolah. TV yang diletakkan di beberapa sudut sekolah itu sudah memiliki siaran wajib. Yakni, hasil dokumentasi atau liputan dari ekskul jurnalistik. Beberapa bulan terakhir, ekskul tersebut meluncurkan TV sekolah yang diberi nama Sketsa TV. Ada beberapa liputan yang pernah digarap anggota ekskul. Di antaranya, kunjungan anggota DPR Arzeti Bilbina ke SMK Ketintang, Japan Week di Tunjungan Plaza, dan liputan tentang Namami Aqua, cosplayer asal Jepang.
Memang, tugas utama ekskul itu adalah membuat liputan kegiatan sekolah. Termasuk semua lomba yang diikuti murid. Baik di dalam maupun luar kota. Para anggota ekskul TV bertugas meliputnya. Liputan tersebut lantas diinformasikan kepada seluruh siswa dan guru melalui TV yang terpasang di sekitar aula dan area publik. Untuk menghasilkan materi video dalam siaran berdurasi 20 menit itu, para siswa berbagi tugas. Ada yang berperan sebagai kamerawan, reporter, hingga editor video. Meski demikian, seluruh anggota memiliki semua kemampuan tersebut.
Misalnya, Syahrul Romadhoni. Meski sering bertugas merekam liputan, dia juga belajar mewawancarai hingga mengedit video. ’’Semuanya harus bisa karena di sini sama-sama belajar,’’ ujar siswa kelas XI jurusan teknik komputer jaringan itu. Sejak keberadaan Sketsa TV, ekskul tersebut memecah konsentrasi. dari yang semula hanya berkutat pada pembuatan majalah bergeser ke produksi siaran. hal itu diikuti penambahan bidang. yakni, bidang liputan dan Sketsa TV sendiri.
Siswa yang bertanggung jawab di bidang liputan bertugas mengambil video dan semua materi untuk produk siaran. Mulai kamerawan, lighting man, hingga reporter. Sementara itu, bidang Sketsa TV biasanya berisi para editor video hingga tim kreatif. Kini, ada 37 siswa dalam ekskul tersebut. Seluruh anggota dibekali kemampuan yang sama lewat beberapa pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan sekolah.
Sketsa TV juga sudah memiliki peralatan yang memadai. Mulai kamera, handycam, lighting, hingga studio produksi. Semuanya tak terlepas dari kreativitas siswa. Misalnya, untuk keperluan lighting, siswa membikin peralatan secara sederhana. Penyangga lampu dibuat dari pipa yang dirangkai dan diisi dengan semen agar kukuh. Bukan hanya kreativitas yang terasah, tetapi juga kedisiplinan. Karena telah memiliki jadwal siaran rutin, para siswa belajar tentang deadline. Tak jarang mereka lembur ketika mendekati jadwal pemutaran. ’’ Ngedit video itu lama banget,’’ ucap Farah Mahdiyah, salah seorang siswa.
Pengolahan seluruh materi video untuk menjadi produk siaran memang kerap membuat siswa lembur. Studio ekskul tersebut bak rumah kedua. Namun, menurut Farah, hal itu sekaligus mengajarinya tentang pola kerja para awak media. Bedanya, karena mereka masih pelajar, ada guru yang mendampingi saat siswa lembur di studio. Para awak Sketsa TV tak hanya piawai menghasilkan siaran. Mereka juga mampu memproduksi film pendek. Dengan kemampuan merekam dan mengedit video, para anggota Sketsa TV juga membuat film. Sudah ada satu film pendek yang dihasilkan.